Petani yang Miskin

Ya! sedikit menggelitik. Bisa dibayangkan? "Petani yang Miskin"
Itulah kenyataan yang menjadi animo publik. Negara yang menjadi ikon Agraris Dunia, Indonesia. sebagian besar masyarakatnya hidup dari bidang pertanian. tetapi kenyataannya taraf kehidupan aktor bidang ini masih sangat tergolong rendah. dibawah kata layak. sangat terpaut jauh dengan kata mampu.
Indonesia salah satu produsen kopi terbaik dunia. indonesia sebagai produsen sawit didunia, indonesia sebagai produsen kakao didunia, dan beberapa gelar lainnya dibidang pertanian ini. seyogyanya, gelar itu diikuti dengan taraf kehidupan yang layak bagi pelaku bidang pertanian ini. tetapi faktanya, sebagian besar petani kita terjebak dalam hutang yang susah dibayar untuk kebutuhan hidup, terjebak untuk kebutuhan sekolah, dan kebutuhan untuk biaya produksi selanjutnya.
Dari sisi geografis, alam kita adalah alam yang sangat potensial, bahkan konon' tongkat kayu dan batu bisa disulap menjadi tanaman" tetapi realitanya, surga ini tak mampu menopang kehidupan petani. sementara dari sisi potensial tanaman, tanaman apa saja yang ditanam tidak pernah menyerah untuk tumbuh. bahkan ditengah keterbatasan kebutuhan produksi, tanaman apa saja masih mampu untuk meberikan hasil.
sebenarnya, dari sisi kebijakan, begitu banyak yang kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kita untuk menunjang keberlanjutan sektor pertanian. mulai dari intensifikasi pertani, mekanisasi pertanian hingga implikasi bioteknologi untuk menunjang keberlanjutan sektor pertanian semuanya dikerahkan untuk memakmurkan sektor ini.
tetapi pertanyaannya, dengan segala upaya itu, dari sektor alam yang mendukung, dari sektor kebijakan yang dibuat. tetapi kenapa bidang ini masih saja tertinggal dibandingkan bidang lainnya. dan parahnya, pelaku utama sektor pertanian ini masih terkekang dalam garis hidup yang jauh dari kata layak, terjebak utang dari berbagai sebab. apa yang salah dalam sektor ini, hingga petaniku masih terjebak dalam kehidupan yang terbatas, bahwa petaniku adalah petani yang miskin.

salam,

Petani Online

Komentar