Gulma-gulma disekitar budidaya tanaman Tomat; Solanum lycopersicum

Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang juga memegang peranan penting dalam sistem produksi tanaman, karena dapat memenangi persaingan dengan tanaman pokok untuk mendapatkan kebutuhan unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh, sehingga secara tidak langsung dapat menurunkan produksi. Disamping itu, beberapa spesies gulma menjadi inang bagi serangga hama maupun patogen (penyebab penyakit) bagi tanaman pokok.
Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma dengan tanaman yang dibudidayakan. Gulma yang selalu tumbuh di sekitar tanaman budidaya mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta produktivitas.
Tomat di dataran tinggi Sulawesi
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki buah berawarna hijau, kuning, dan merah yang biasa dipakai sebagai sayur dalam masakan atau dimakan secara langsung tanpa diproses. Tomat memiliki batang dan daun yang tidak dapat dikonsumsi karena masih sekeluarga dengan kentang dan Terung yang mengadung Alkaloid.
Dalam budidaya tanaman tomat, tidak lepas dari adanya gulma yang tumbuh disekitar tanaman. gulma-gulma tersebut akan menghambat proses penyerapan nutrisi tanaman dan menyebabkan terjadinya persaingan hara. berikut adalah gulma-gulma yang sering ditemukan disekitar tanaman tomat.
Berikut adalah beberapa gulma yang sering ditemukan dalam budidaya tanaman tomat;
1. Eleusine indica L
Rumput belulang hidup terrestrial, berumbai, tegak, herba, dan terdapat akar pada nodus. Batang tumbuhan ini datar dan tidak berbulu. Akar rumput belulang termasuk ke dalam akar serabut. Daun tumbuhan ini berwarna hijau dengan panjang lebih dari 2 cm. Bunga biseksual, tersusun menjadi satu pada bagian terminal atau biasa disebut malai,berwarna hijau dengan kelopak yang tidak terlihat.
Gulma ini memang sulit untuk ditangani. Rumput ini dikenal sebagai gulma yang sulit diatasi, untuk menangani gulma ini dapat digunakan menggunakan dua cara. Kedua cara tersebut adalah menggunakan pembasmi kimia (bahan aktif Glifosat dan paraquat) dan Mekanik (cabut). dikenal dengan beberapa bahasa misalnya di Enrekang disebut sebagai Reu Simpo Tedong.
2. Borreria laevis (Lamk.) Griseb.
Akar Rumput kancing ungu (Borreria laevis (Lamk.) Griseb.) termasuk ke dalam sistem perakaran tunggang. Akar rumput kancing memiliki banyak cabang- cabang akar. Akar rumput kancing memiliki banyak bulu-bulu halus. Akar rumput kancing memilik tudung akar atau kaliptera. Akar rumput kancing berwarna kecoklatan.
Batang Rumput kancing ungu (Borreria laevis (Lamk.) Griseb.) tumbuh tegak tingginya 15-20 cm biasanya kurang lebih 25 cm, membentuk cabang dari bagian pangkal batang, warnanya ungu, bentuk penampangnya segi empat, sisi-sisinya berambut halus, pada buku-bukunya tumbuh dua helai daun yang berhadapan.
Daun Rumput kancing ungu (Borreria laevis (Lamk.) Griseb.) berbangun daun bulat panjang lanset, bagian pangkal melebar dan ujungnya runcing, ukuran panjangnya 2,5-5,5 cm dan lebarnya 0,75-2 cm, tepi daun terasa kasar bila diraba karena adanya bulu-bulu halus yang keras, permukaan atas berwarna hijau gelap keungu-unguan dengan urat daun yang nyata.
Bunga Rumput kancing ungu (Borreria laevis (Lamk.) Griseb. mempunyai dua kelopak berambut halus, mahkota berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun tajuk, panjangnya 3-3,75 mm, berwarna putih dengan corak ungu di bagian ujung. Kepala bunga kecil, terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, ukuran penampangnya kurang lebih 12 mm.
Buah Rumput kancing ungu (Borreria laevis (Lamk.) Griseb.) mempunyai bentuk lonjong, buah rumput kancing ungu terbelah membujur atau longitudinal atas dua belahann, buah rumput jancing ungu berambut di bagian atas, sekat atau septum yang persisten jelas terlihat, buah rumput kancing ukurannya kurang lebih 1 mm. 
3. Centella asiatica L.
Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman ini selain pegagan adalah daun kaki kuda dan antanan.
Nama daerahnya sangat beragam antara lain Peugaga (Aceh), jalukap (Banjar), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga (batak), antanan, dulang sontak(sunda), gagan-gagan, rendeng, cowek-cowekan, pane gowang (jawa), piduh (bali), bebele (lombok), sandanan (irian) broken copper coin, semanggen (Indramayu,Cirebon), pagaga (Makassar), daun tungke (Bugis), daun peco' (Enrekang)
Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
4. Ageratum conyzoides L
Gulma berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,5–5 cm, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2–10 × 0,5–5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah. 
Sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnya Brasil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai Reu Balacung (Enrekang), babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); rumput balam (Ptk.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
5. Synedrella nodiflora L
Tumbuhan ini menyenangi tempat-tempat yang sedikit ternaungi, dan lebih jarang, pada tempat yang hampir selalu disinari matahari. Jotang kuda tidak menyukai penggenangan. Kerap ditemukan di perkebunan; pekarangan; tepi-tepi jalan, pagar, dan saluran air; padang; dan tanah-tanah telantar. tumbuhan ini juga dikenal sebagai babadotan lalaki, jukut berak kambing atau jukut gendreng (Sunda); bruwan, gletang warak, krasuk, atau serunen (Jawa); Reu Tikko busa (Enrekang) serta gofu makeang (Ternate)
Terna semusim, tegak atau berbaring pada pangkalnya, bercabang menggarpu berulang-ulang; tinggi hingga 1,5 m. Daun-daun berhadapan; dengan tangkai bentuk talang, 0,5–5,5 cm, tangkai dari pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tepi yang sempit, dengan banyak rambut di sekitarnya. Helai daun bundar telur memanjang, 2,5–15 × 1–9 cm; pangkal daun menyempit sepanjang tangkai, ujung daun runcing, sementara tepinya bergerigi lemah, dan berambut di kedua permukaannya.
Di lahan tanaman Tomat, Gulma ini sangat susah untuk dicabut, karena memiliki perakaran yang kokoh, biasanya pengendalian disekitar tanaman tomat dengan menggunakan sabit (Mekanik) dapat juga dengan menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat. 

Itulah beberapa gulma yang ditemukan di sekitar tanaman Tomat, mohon masukannya dikolom komentar.




Komentar