Toksisitas dan Defisiensi Hara

Isu pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) muncul setelah adanya kekeliruan pada era Revolusi Hijau (Sachs 1987), di mana penggunaan bahan agrokimia cenderung berlebihan yang mencemari lingkungan dan menurunkan kualitas produk pertanian. Budi daya tanaman berkelanjutan mengaplikasikan teknologi yang bersifat efisien dan ramah lingkungan (Suwandi dan Asandhi 1995; Reijntjes et al. 1999). Input yang digunakan lebih mengutamakan bahan organik atau bahan alami sebagai sumber pupuk atau pestisida (Van Keulen 1995). Sistem pertanian berkelanjutan ini menjadi dasar kebijakan dalam pembangunan pertanian di setiap  Negara.
Unsur hara merupakan elemen penting untuk menopang pertumbuhan tumbuhan. Tanpanya, mustahil tumbuhan dapat tumbuh optimal, bahkan besar kemungkinan tumbuhan akan mengalami kematian. Bisa dibilang nutrisi tumbuhan ini merupakan bahan makanan utama bagi tumbuhan. Dengan unsur-unsur tersebut tumbuhan mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Campbell dkk dalam bukunya menyatakan bahwa tumbuhan memerlukan Sembilan makronutrien daln paling tidak delapan mikronutrien. Suatu unsur kimia tertentu dianggap sebagai suatu nutrien esensial jika nutrien tersebut diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh optimal.
Unsur yang diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah yang relatif besar disebut makronutrien.  Sedangkan unsur yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit disebut mikronutrien. Setiap unsur, baik itu makro maupun mikro memiliki pernanan penting dalam metabolisme tubuh tanaman. Apabila ada kekurangan (difesiasi) unsur tertentu, maka tanaman mengekspresikannya dalam bentuk gejala tertentu.
1. TOKSISITAS HARA
Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau campuran. Toksisitas akut ini diteliti pada hewan percobaan yang menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk penggunaan produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan, dan sediaan biologi (Deisy dkk, 2010).
Uji toksisitas dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tentang toksisitas suatu bahan (kimia) pada hewan uji. Secara umum uji toksisitas dapat dikelompokkan menjadi uji toksisitas jangka pendek/akut, dan uji toksisitas jangka panjang. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses kematian dan rentang dosis yang mematikan hewan uji (Lethal dose atau disingkat LD50) suatu bahan. Uji toksisitas akut merupakan efek yang merugikan yang timbul segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal, atau berulang yang diberikan dalam 24 jam.
Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan secara kasar median lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai tanda statistik pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji (Frank,1996). Jumlah kematian hewan uji dipakai sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada sekelompok hewan uji. Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek, respon berupa kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik. Ini berarti hanya ada dua macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian 
2. DEFISIENSI HARA
Defisiensi adalah suatu keadaan dimana tanaman kekurangan nutrisi tertentu, yang dapat dilihat dari gejala fisik tanaman terutama pada bagian daun dan batang. Seorang pekebun yang handal harus bisa mengetahui kondisi tanaman dikebunnya apakah dalam keadaan kekurangan nutrisi atau tidak. Dengan mengetahui status nutrisi tanaman dapat dibuat suatu rencana kedepan sebagai antisipasinya. Gejala defisiensi dapat dianlisa dengan cara berikut. Gejala defisiensi B, Ca, Cu, Fe, Mn, S, Zn, Ni dimulai dari pelepah paling muda. Gejala defisiensi N, P, K Cl, Mg dan Mo dimulai dari pelepah paling tua
Defisiensi adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan nutrisi berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Jika unsur-unsur dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya pun menurun.Untuk  mengetahui ketersediaan unsur yang terkandung didalamnya, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi pada tanaman.
Gejala defisiensi nutrient tidak hanya bergantung pada peranan nutrient tersebut dalam tumbuhan akan tetapi juga pada mobilitasnya didalam tumbuhan tersebut. Jika suatu nutrien bergerak agak bebas dari satu bagian tumbuhan ke bagian yang lain, gejala defisiensi pertama kali akan muncul pada organ yang lebih tua. Hal ini karena jaringan-jaringan muda yang masih tumbuh memiliki daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan jaringan tua untuk menarik nutrien yang jumlahnya kurang.
Gejala kekurangan nutrien ini cepat atau lambat akan terlihat pada tanaman, tergantung pada jenis dan sifat tanaman. Ada tanaman yang cepat sekali memperlihatkan tanda-tanda kekurangan atau sebaliknya ada yang lambat. Pada umumnya pertama-tama akan terlihat pada bagian tanaman yang melakukan kegiatan fisiologis terbesar yaitu pada bagian yang ada di atas tanah terutama pada daun-daunnya.
Gejala defisiensi atau toksisitas secara visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama bila dilakukan oleh orang atau ahli yang sudah berpengalaman pada tanaman spesifik tertentu. Artinya adalah dituntut pengetahuan yang cukup dan ketelitian yang tinggi karena gejala gangguan hara bervariasi sangat besar tergantung atas spesies tanaman, kondisi lingkungan, umur tanaman dan kemiripan gejalanya dengan gangguan lain seperti infeksi penyakit, kerusakan oleh hama atau karena gangguan gulma.
Apabila tanaman tidak dapat menerima hara yang cukup seperti yang dibutuhkan, maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal. Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman menyerap hara melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme. Diagonsis defisiensi dan tosksisitas hara pada tanaman dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman.

Komentar